Jumat, 09 November 2012

sosialisasi perkembangan pekerja sosial di indonesia


SOSIALISASI PERKEMBANGAN PEKERJAAN SOSIAL DI INDONESIA DIHADIRI DR. SALIM SEGAF AL JUFRI DI GEDUNG ANEKA BHAKTI KEMENTERIAN SOSIAL RI

Dr Salim Segaf AJ dlm Sosialiasi Peksos Indonesia
Bismillahirrohmaanirrohiim,,
Tepat pada hari Kamis, 08 Maret 2012 di Gedung Aneka Bakti komplek Kantor Kementerian Sosial RI telah diadakan Sosialiasi Perkembangan Pekerjaan Sosial di Indonesia yang digagas oleh KPSI (Konsorsium Pekerjaan Sosial Indonesia). KPSI sendiri adalah sebuah organisasi yang baru disyahkan pada akhir tahun 2011 kemarin dengan ketua Bapak Drs. Toto Utomo Budi Santoso yang juga merupakan Sekjen Kementerian Sosial RI.
KPSI merupakan organisasi yang terdiri dari gabungan lembaga/organisasi pilar-pilar penyangga kesejahteraan sosial di Indonesia. Hingga pada saat ini, KPSI terdiri atas 10 organisasi, diantaranya:
  1. Kementerian Sosial RI
  2. IPSPI (Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia)
  3. IPPSI (Ikatan Pendidikan Pekerjaan Sosial Indonesia)
  4. DNIKS (Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial)
  5. IPENSI (Ikatan Penyuluh Sosial Indonesia)
  6. IPSM (Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat)
  7. IRSI (Ikatan Relawan Seluruh Indonesia)
  8. BALKS (Badan Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial)
  9. LSPS (Lembaga Serifikasi Pekerja Sosial)
  10. FORKOMKASI (Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia)
Acara sosialisasi ini menampilkan beberapa tokoh besar terkait Pekerjaan dan Kesejahteraan Sosial di Indonesia. Spesial hadir Dr. Salim Segaf Al Jufri selaku Menteri Sosial RI untuk menjadi Keynote Speaker setelah acara dibuka oleh Drs. Toto Utomo Budi Santoso selaku Ketua KPSI . Dilanjutkan pemaparan materi oleh Prof. Dr. Haryono Suyono selaku Presiden DNIKS. Gambaran urutan acara dapat dilihat seperti di bawah ini:
  • Pembukaan oleh Ketua Konsorsium Pekerjaan Sosial Indonesia Drs. Toto Utomo Budi Santoso, MSi
  • Keynote Speech oleh Menteri Sosial RI, Dr. Salim Segaf Al Jufri, MA
  • Paparan Materi oleh Presiden DNIKS Prof. Dr. Haryono Suyono
  • Panel  1 : ( Paparan)
  1. Miryam Nainggolan, Psi., MSW, Sekjen KPSI (Konsorsium Pekerjaan Sosial Indonesia)
  2. Drs. Tata Sudrajat, Msi, Ketua IPSPI (Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia)
  3. Fentiny Nugroho, Ph.D, Ketua IPPSI (Ikatan Pendidikan Pekerjaan Sosial di Indonesia)
Moderator: Dr. Soni Ahmad Nulhaqim, MSi (Universitas Padjajaran)
  • Panel 2 : ( Paparan) Presentasi Profil:
  • Drs.Fadlullah. Ketua FK-PSM (Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat)
  • Drs. Deden Budi Kusuma, MSi. Ketua IPENSI (Ikatan Penyuluh Sosial Indonesia)
  • Ibu Roostien Ilyas. Ketua Ikatan Relawan Indonesia
  • Achmad Hilman. Ketua Forkomkasi (Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia)
Moderator: Siti Nasiah Ariefuzzaman, MSW (Universitas Islam Negeri)
  • Panel 3 : ( Paparan dan Tanya Jawab)
  1. Drs. Ferry Johannes., Ketua BALKS (Badan Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial)
  2. Rudi Saprudin Darwis, Msi, Ketua LSPS (Lembaga Sertifikasi Pekerjaan Sosial)
Moderator: Drs. Juda Damanik, MSW (IPSPI)
  • Tanggapan Pakar
  1. Pandu Setiawan, SpKj. Dewan Pakar KPSI, Ketua Yayasan Jejak Jiwa Ketua WAPR (World Association Psychosocial Rehabilitation) Indonesia
  2. Prof. Martha Haffey, MSW., DSW., LCSW. Direktur BPSW (Bridging Professional Social Work) In Developing Countries
Saya tiba dilokasi pukul 08.30wib, saat itu masih belum banyak peserta yang hadir. Terlihat masih banyak tempat yang lega, saya pun mengambil tempat duduk paling depan supaya bisa lebih dekat melihat wajah-wajah orang besar yang insyaAllah suatu saat nanti saya yang menggantikannya (aamiiinn), juga bisa mengambil foto kegiatan secara lebih leluasa.
Sewaktu mengambil tempat duduk di depan tersebut, saya bertemu dengan Tiara dan kawannya. Mereka adalah alumni STKS Bandung tahun 2011 kemarin yang saat ini tengah mengambil S-2 di Universitas Indonesia. Keren juga ya, alumni STKS Bandung bisa langsung masuk kampus sementereng UI untuk tingkat Pascasarjana. Tak lama kemudian, Maykel (alumni KS USU Medan tahun 2011) datang dan duduk di samping saya. Setelah itu secara tidak sengaja juga bertemu dengan Mbak Belgis (alumni KS UNEJ Jember tahun 2011), dan itu merupakan pertemuan pertama kalinya setelah lama berinteraksi via FB dan sms.
Beberapa saat kemudian datanglah Aldy dari Kessos UMJ dan Sarta Kessos UIN. Ketika saya menghampiri mereka, bertemu pula dengan Aziz dan Dean dari Kessos UNIB Bengkulu. Wah suatu pertemuan yang luar biasa pokoknya. Semangat-semangat percaya diri itu senantiasa bertambah tebal dengan berkumpulnya para mahasiswa sesama Peksos/Kessos ini. Dan memang wajar karena kali ini FORKOMKASI (Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia) yang merupakan anggota dari KPSI juga diberikan ruang untuk memaparkan jati dirinya di hadapan 400-an peserta Sosialiasi Perkembangan Pekerjaan Sosial di Indonesia tersebut.
Selain itu, waktu pertemuan kemarin juga dimanfaatkan kawan-kawan mahasiswa Peksos/Kessos untuk berbincang dan berunding sejenak usai acara sosialisasi berakhir pukul 12.30wib dalam rangka diskusi persiapan Kongres II FORKOMKASI yang akan dilaksanakan pada tanggal 30 Maret – 02 April 2012 di BBPPKS (Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial) Makassar-Sulawesi Selatan.
Waaahhh, waktu berjalan dengan begitu cepatnya. Tak terasa sudah pukul 15.00wib dan saya pun harus segera “cabut” untuk kembali ke Bandung. Sms dari Dr. Jumayar Marbun yang menyatakan adanya perbaikan dari laporan yang telah saya buat sebelum ujian keesokan harinya membuat saya memacu kaki agar lebih cepat sampai di angkot. Betul, keesokan harinya saya harus mengikuti Ujian Sidang Praktikum III Rehsos di Kampus STKS Bandung. Dari depan kantor Kementerian Sosial saya menaiki angkot menuju Kampung Melayu, kemudian ke Pasar Rebo. Dari sana menaiki bus Primajasa yang mengantarkan hingga sampai Bandung kembali.
Beberapa materi yang terkait dengan pelaksanaan sosialisasi dapat diunduh di bawah ini:

Demikianlah sekelumit kisah yang dapat dibagi. Meski tidak mengenyangkan, semoga bermanfaat untuk kita semua ^_^
Salam hangat dan semangat selalu by Muhammad Joe Sekigawa, seorang Pembelajar Sepanjang Zaman who has a great dreams
An Undergraduate Student of Bandung College of Social Welfare (BCSW), Department of Social Rehabilitation 2008
Staf Public Relations of FORKOMKASI (Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia) masa pengabdian 2011-2012
Selesai ditulis pada hari Jum’at malam, 09 Maret 2012 at 20.57wib @Kamar Kostan, Dago Pojok-Bandung, Jawa Barat
Dipublikasikan pada hari Jum’at malam, 09 Maret 2012 at 23.15wib @Pojok Net, Dago-Bandung, Jawa Barat
G A L L E R I E S
 === 
 === 
 === 
 === 
 === 

proposal penelitian


PROPOSAL PENELITIAN

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEKERJA SOSIAL (SOSIAL WORKER) DALAM PELAYANAN ANAK ASUH (STUDI KASUS DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) “HARAPAN” MATARAM NTB)






Oleh:
HUZAIMI
153.093.088


JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2012












BAB I
PENDAHULUAN
A.    Konteks Penelitian
Kehidupan seorang anak dimulai ditengah lingkungan keluarga, lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang dimiliki oleh seorang anak untuk mendapat pengasuhan, pelajaran, dan pendidikan dari seorang ibu atau bapak dalam keluarga. Dengan meningkatnya usia dan kematangan anak, lingkungan mereka makin luas dan anak diharapkan makin mampu menyesuaikan diri dengan baik.[1]
Lazimnya sebuah keluarga adalah terdiri dari ibu dan bapak yang memiliki peran dalam memberikan bimbingan dan pengasuhan terhadap anak, baik terkait dengan pemenuhan kebutuan yang bersifat rohani dan jasmani seperti: makanan, pakaian, pendidikan dan perlindungan. Namun terkadang tidak bisa dipungkiri bahwa anak tidak mendapatkan hal tersebut dengan maksimal dikarenakan beberapa faktor intern dalam keluarga seperti: perkawinan diluar nikah, perceraian, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan kemiskinan.
Semua ini sering berimbas pada terlantarnya anak-anak, terganggunya mental dan keadaan psikologisnya dan akhirnya akan berimbas juga pada kehidupan anak-anak di jalanan. Berbagai perubahan ini dapat terjadi pada berbagai lapisan lingkungan keluarga yang keberadaannya dipengaruhi oleh pengaruh keadaan lingkungan. Dari lingkungan individu yang berlapis-lapis itu secara jelas akan mempengaruhi kehidupan anak dan keluarga secara timbal balik.[2]
Di dalam Al-Qur’an Allah Swt telah menjelaskan kewajiban seorang orang tua terhadap anak-anaknya dari sejak lahir, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 233 sebagai berikut:
 ßNºt$Î!ºuqø9$#ur z`÷èÅÊöãƒ £`èdy»s9÷rr& Èû÷,s!öqym Èû÷ün=ÏB%x. ( ô`yJÏ9 yŠ#ur& br& ¨LÉêムsptã$|ʧ9$# 4 n?tãur ÏŠqä9öqpRùQ$# ¼ã&s! £`ßgè%øÍ £`åkèEuqó¡Ï.ur Å$rã÷èpRùQ$$Î/
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut (baik)”.[3] (QS. Al-Baqarah: (2): 233.)
Sebagaimana yang Allah Swt sebutkan dalam ayat tersebut, orang tua adalah sebagai instrumen yang paling utama dalam proses pengasuhan terhadap anak.
Namun, saat ini kita tidak bisa pungkiri permasalahan anak di dalam keluarga begitu banyak yang menyebabkan anak terkadang harus berjuang hidup di jalanan dikarenakan orang tua tidak dapat memposisikan diri sebagai orang tua yang memberikan pengasuhan dan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya. Permasalahan anak-anak seperti ini sebenarnya tidak mesti terjadi, namun kenyataan permasalahan sosial sering membelit anak-anak di dalam keluarganya.
Alternatif terakhir bagi anak-anak yang mempunyai masalah sosial tersebut akan berakhir dijalananan, padahal lingkungan keluarga adalah sebaik-baik tempat anak mendapat pengasuhan dan pendidikan sejak dini. Sebagaimana dalam kisah lukman dengan anaknya yang termaktub dalam Al-Qur’an surah lukman ayat 13 dan 17 sebagai berikut:
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã  
Artinya: “dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".[4] (QS. Lukman (31): 13.)
Dan selanjutnya disebutkan dalam ayat 17 sebagai berikut:
¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$#  
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Lukman (31): 17.)[5]
Dalam 2 ayat di dalam surah lukman tersebut sangat jelas bahwa seorang bapak atau ibu (orang tua) berkewajiban mendidik dan mengajarkan anak-anaknya untuk melakukan hal-hal yang baik dalam kehidupannya.
Masalah-masalah sosial yang menimpa anak-anak ini timbul sebagai akibat dari hubungannya dengan sesama manusia lainnya dan akibat tingkah lakunya.[6] Tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat seperti kemiskinan, kenakalan remaja, anak-anak terlantar dan anak jalanan termasuk dari masalah sosial atau patologi sosial[7].
Pengertian masalah sosial memiliki dua pendifinisian: pertama, pendifinisan menurut umum, kedua, menurut para ahli. Menurut umum atau warga masyarakat, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah masalah sosial. Menurut para ahli, masalah sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.[8]
Permasalahan sosial yang terjadi saat ini adalah sebagian dari permasalahan kesenjangan sosial yang perlu penanganan khusus untuk mengatasi dan menanggulanginya agar tidak semakin meluas dan menyebar, seandainya tidak segera dilakukan langkah-langkah strategis seperti dalam melakukan penanganan melalui ilmu kesejahteraan sosial, maka dihawatirkan akan menyebabkan dampak sosial yang lebih besar di masyarakat seperti kenakalan remaja, anak-anak terlantar, anak-anak jalanan, dan pengemis.
Permasalahan sosial yang ada di daerah-daerah lain dan yang ada di NTB tidak terlepas dari permasalahan kesejahteraan sosial, dari permasalahan sosial yang kategori anak jalanan, anak-anak terlantar, dan kenakalan remaja. Data terbaru dari Pemprov NTB, dari data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) NTB, terdapat sekitar 12 ribu anak lebih NTB terlantar dan 3.000 lebih anak mengalami persoalan kesejahteraan sosial serta tersandung kasus hukum dan 2500 lebih anak masuk kategori anak jalanan.[9]
Dengan semakin banyaknya permasalahan yang ada di NTB pada khususnya dan yang ada di masyarakat pada umumnya, maka ilmu kesejahteraan sosial semakin diperlukan sebagai salah satu ilmu yang akan menjawab semua tantangan dan permasalahan sosial yang saat ini mendera masyarakat. Antara Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial saling terkait sebagai suatu elemen yang tidak dapat dipisahkan, mengenai kesejahteraan sosial.
Midgley melihat keseejahteraan sosial sebagai:  
a state or condition of human well being that exists when social problems are managed, when human needs are met, and when social opportunities are maximized[10]
Artinya suatu keadaan atau kondisi kehidupan manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola dengan baik; ketika kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan ketika kesempatan sosial dapat dimaksimalkan.
Secara umum, istilah kesejahteraan sosial sering diartikan sebagai kondisi sejahtera (konsepsi pertama), yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan perawatan kesehatan.[11] Hal-hal seperti itulah yang dilakukan oleh sebagian pekerja sosial yang ada di lembaga-lembaga sosial, membantu dan memberikan pelayanan dan bimbingan sesuai dengan amanat yang harus dilaksanakan sebagai penopang keberlangsungan terwujudnya kesejahteraan sosial, sebagaimana disebutkan didalam UUD 1945 pasal 34 tentang kepedulian Negara terhadap kelompok lemah (fakir miskin dan anak terlantar) serta jaminan sosial.[12]
Peran pekerja sosial dalam kaitannya dengan masalah tersebut, yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 34 sangatlah urgen dalam kaitanya dengan tercapainya kesejahteraan sosial. Pekerjaan sosial dalam lembaga-lembaga sosial memiliki peran dalam memberikan bimbingan, baik bimbingan yang bersifat perseorangan (casework), kelompok (groupwork) maupun dalam cakupan yang lebih luas seperti pengorganisasian masyarakat (community organization). Bimbingan pekerja sosial terhadap anak asuh adalah bagian dari bimbingan perseorangan (casework) dan kelompok (groupwork) karena pekerja sosial atau social worker dihadapkan pada individu dan kelompok dalam sebuah panti sosial atau lembaga sosial yang khusus menampung anak-anak sampai usia remaja seperti di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram NTB.
Menampung untuk memberikan bimbingan psikologis, edukatif dan kreativitas kepada anak-anak yang ditampung di panti asuhan adalah bagian dari kewajiban dan tugas dari Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram NTB, maka sebagai lembaga sosial yang menangani masalah-masalah sosial, diharapkan bisa mengurangi masalah sosial yang terjadi pada anak-anak dan dapat membangun sumber daya manusia yang lebih baik.
Pekerja sosial adalah aktivitas profesional untuk menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan tersebut.[13]
Panti asuhan ini termasuk rencana penelitian yang akan diteliti karena Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” tersebut mempunyai tugas memberikan pembinaan kesejahteraan sosial kepada 110 anak yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, bakat dan kemampuan serta keterampilan bagi anak yatim, piatu, dan anak yatim piatu yang kurang mampu dan telantar agar dapat tumbuh dan berkembang serta wajar.[14]
Dilihat dari tugas, fungsi dan kewajiban seorang peksos (social worker) secara khusus dan panti asuhan secara umum diranah pelayanan sosial, peneliti tertarik untuk meneliti Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram ini untuk diangkat sebagai sebuah karya ilmiah dengan judul “Strategi dan Kebijakan Pekerja Sosial (Social Worker) dalam Pelayanan Anak Asuh (Studi Kasus di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram).

B.     Fokus Kajian
Berdasarkan konteks penelitian yang ada, maka peneliti mengambil beberapa fokus kajian diantaranya sebagai berikut :
1.      Bagaimana peran pekerja sosial (Social Worker) dalam bimbingan sosial anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram NTB ?
2.      Bagaimana pola strategi yang dilakukan pekerja sosial (Social Worker) dalam menentukan kebijakan terhadap anak asuh yang memilki perbedaan usia di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram NTB ?
3.      Bagaimana dampak kebijakan pekerja sosial terhadap anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram NTB ?

C.    Tujuan dan Manfaat Penelitian 
Dari fokus kajian yang ada diatas, maka ada beberapa tujuan dan manfaat yang nantinya diharapkan dalam penelitian ini, diantaranya:
1.      Tujuan Penelitian
a.       Ingin mengetahui secara lebih dasar mengenai peran, strategi dan kebijakan pekerja sosial (Social Worker) dalam pembinaan anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram NTB.
b.      Untuk mengetahui pola strategi dalam menentukan kebijakan terhadap anak asuh yang memiliki perbedaan usia di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram NTB.
c.       Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari sebuah kebijakan yang diterapkan pekerja sosial (Social Worker) terhadap pembinaan anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram NTB.
2.      Manfaat Penelitian
a.       Manfaat Teoritis
1)      Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangsih pemikiran tentang memahami pekerja sosial (Social Woker) dalam panti sosial.
2)      Diharapkan hasil penelitian ini menjadi kajian selanjutnya dalam rangka menyempurnakan bidang pengembangan masyarakat khususnya di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI).
b.      Manfaat Praktis
1)      Membantu pekerja sosial dalam memahami strategi dan kebijakan dalam memberikan bimbingan dan pelayanan bagi klien atau anak asuh.
2)      Diharapakan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi deskriptif untuk penelitian berikutnya yang terkait masalah pekerja sosial
  
D.    Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini sesuai dengan yang paparan yang ada pada konteks dan fokus penelitian ini. Dimana peneliti akan mengaji lebih dalam mengenai strategi dan kebijakan pekerja sosial serta dampak positif dan negatif terhadap bimbingan sosial yang dilakukan oleh pekerja sosial terhadap anak asuh serta hal-hal yang menjadi kendala Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Harapan Mataram dalam memberikan binaan terhadap anak-anak terlantar.
Untuk bisa mendapatkan data dan informasi tersebut, maka peneliti perlu melitbatkan beberapa pihak yang menjadi pengurus termasuk pekerja sosial (Social Worker) dari Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) "Harapan" Mataram. Termasuk yang menjadi bahan kajian untuk mendapatkan data dan informasi adalah melalui sarana dan prasarana penunjang kegiatan-kegiatan pembinaan yang dilakukan untuk memberikan pengembangan dan pemberdayaan terhadap anak-anak asuh yang berada di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram.
Setting penelitian ini adalah Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Harapan Mataram yang berlokasi di Jln. Transito No. 16 Majeluk Mataram Nusa Tenggara Barat.
E.     Telaah Pustaka
Telah pustaka adalah bagian dari penelusuran studi terdahulu yang terkait dengan penelitian yamg akan diteliti. Tujuannya adalah untuk menegaskan kebaruan, orsinalitas, dan urgensi penelitian bagi pengembangan keilmuan terkait.[15]
Mengenai pembahasan atau tulisan yang membahas tentang strategi pekerja sosial di sebuah lembaga seperti panti asuhan dan panti sosial maupun pekerja sosial di masyarakat, banyak yang mengupas dan membahas masalah tersebut, namun tidak ada yang sama pembahasannya secara menyeluruh baik dalam bentuk tulisan yang berupa buku maupun penelitian. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Irwan Jayadi Mahasiswa IAIN Mataram yang membahas Masalah Pemenuhan Kebutuhan Bagi Anak Terlantar (Studi Kasus Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram) tahun 2011. Demikian juga buku yang ditulis oleh DR. Irawan Soehartono yang berjudul Metode Penelitian Sosial Suatu Tehnik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Dan Ilmu Sosial Lainnya, membahas masalah yang terkait dengan penelitian pekerja sosial yang cetakan bukunya terbit pada tahun 2008.
Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Nurhayati Mahasiswa Fakultas Dakwah Universitas Negeri Islam (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009 dengan judul Strategi Pemberdayaan Perempuan Oleh Pusat Studi Wanita (PSW) di Yogyakarta (Studi Terhadap PSG UII, PSW UGM, dan PSTF UKDW) membahas tentang strategi yang dilakukan oleh tiga pusat pemberdayaan perempuan yang memiliki perbedaan dasar pemikiran. 
Serupa dengan diatas, Shuratulaini dengan judul skripsi: Efektifitas Pola Pembinaan Sosial Dalam Rangka Pemberdayaan Kelayaan di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mataram NTB.
Dari skripsi dan penelitian yang ada dalam telaah pustaka, peneliti dapat menyimpulkan, bahwa pola pembinaan yang dilakukan panti melalui beberapa tahapan, diantaranya: tahap-tahap pembinaan di panti-panti sosial tersebut adalah rehabilitasi sosial yang meliputi bimbingan sosial, bimbingan mental dan keterampilan.
Tahap rehabilitasi sosial yang meliputi bimbingan sosial hidup bermasyarakat. Tahap terakhir adalah bimbingan lanjutan yang meliputi bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarkat, bantuan pengembangan usaha kerja dan bimbingan pemantapan atau peningkatan usaha kerja.
Untuk itu ada beberapa faktor pendukung pembinaan klien di panti sosial tersebut adalah: Pertama, lokasi pembinaan yang strategis untuk melakukan pembinaan terhadap para klien. Kedua, adanya upaya dan kesadaran pihak pemerintah dalam hal ini dinas sosial juga dukungan masyarakat. Ketiga, adanya infrastruktur yang memadai.
Dari hasil penelitian diatas, terdapat kesamaan yang sangat erat dengan fokus yang ditulis peneliti, yaitu sama-sama membahas tentang proses strategi, pembinaan dan pemberdayaan terhadap para penghuni Panti Sosial terutama anak-anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) "Harapan" Mataram NTB.
F.     Kerangka Teoritik
Kerangka teoretik merupakan perspektif teoretik yang secara pragmatik dipakai untuk menegaskan dan menguraikan relevansi teoretik dari teori-teori terpilih dengan fokus yang sedang diteliti.[16] Dari penjelasan ini, penulis akan memaparkan beberapa hal yang terkait dengan gambaran awal (kerangka) dalam karya ilmiah ini, diantaranya :
1.      Strategi
Strategi mempunyai pengertian yang banyak dalam kamus bahasa Indonesia, namun yang paling penting sesuai dengan konteks penelitian, maka strategi sendiri memiliki pengertian yaitu; rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.[17] Menurut Edi Suharto, strategi adalah usaha-usaha menyeluruh yang dirancang untuk menjamin agar perubahan-perubahan yang diusulkan untuk dapat diterima oleh partisipan atau berbagai kalangan yang akan terlibat dan dilibatkan dalam proses perubahan.[18]
2.      Kebijakan
Kebijakan dalam ilmu sosial biasanya dikatakan atau disebut dengan kata “policy”,. Beberapa ilmuan besar  dalam imu kebijakan sosial seperti William Dunn, Charles Jones, Lee Priedman dan lain-lain, menggunakan istilah public policy dan public policy analysis dalam pengertian yang tidak berbeda.[19]
Kata policy  secara etimologis berasal dari kata polis  dalam bahasa Yunani (Greek), yang berarti negara-kota. Dalam bahasa latin kata ini menjadi politia, artinya negara. Masuk kedalam bahasa Inggris lama (Middle English), kata tersebut menjadi policie, yang pengertiannya berkaitan dengan urusan perintah atau administrasi pemerintah (Dunn,1981:7).[20]
Kebijakan (policy) dalam latar penelitian kebijakan (policy research) diartikan sebagai tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk memecah masalah.[21]
3.      Pekerja Sosial
Pekerjaan sosial sebagai suatu profesi masih dikatakan sebagai profesi yang baru muncul pada awal abad kedua puluh, meskipun demikian ian mempunyai akar sejak timbulnya revolusi industri.[22] Menurut Thelma Lee Mendoza, pekerjaan sosial merupakan profesi yang memperhatikan penyesuaian antara individu dengan lingkungannya; dan individu (kelompok) dalam hubungan dengan situasi (kondisi) sosialnya.[23]
Konsep “pekerja sosial” digunakan untuk mengambarkan seseorang yang bergelut dibidang pekerjaan sosial yang berasal (lulusan) dari pendidikan pekerjaan sosial ataupun ilmu kesejahteraan sosial, maka beberapa alumni pendidiakan ilmu kesejahteraan sosial menggunakan istilah pekerjaan sosial professional untuk membedakan dari relawan.[24] 
4.      Pelayanan
Pelayanan berasal dari kata layan yang artinya membantu meyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang. Pelayanan yaitu setiap kegiatan yang manfaatnya dapat diberikan dari satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud (intangible) dan tidak berakibat pemilikan sesuatu (Kotler, 1985:352).[25]
Pelayanan yang dimaksud disini lebih terfokus pada pelayana yang diberikan kepada klien atau anak asuh yang berada di panti sosial atau di lembaga-lembaga sosial yang merehabilitasi gangguan atau penyakit yang terkait dengan permasalahan sosial. Pelayanan yang diberikan oleh pekerja sosial biasanya berupa konseling, bimbingan mental dan psikologi untuk mengembangkan potensi yang baik terhadap klien.
5.      Anak
Anak sama dengan putera, buyung, awang, budak, bin, bani, keturunan, bagian atau bagian terkecil.[26] Jika digabungkan dengan susunan anak(an)da atau ananda, maka anak (sebagai kata kehormatan)[27] kepada keturunan yang lahir dari orang tuanya. Perlu juga memaparkan pengertian dari remaja dalam tulisan ini.
Drs. Melly Sri Sulastri Rifa’i menjelaskan bahwa :
“Remaja adalah pemuda-pemudi yang berada pada masa perkembangan yang disebut masa odolensi (masa remaja menuju kedewasaan). Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia dimana seseorang sudah tidak dapat disebut anak kecil lagi tetapi belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke arah kedewasaan.”[28]  
6.      Studi Kasus
Bila kita melakukan penelitian yang terinci tentang seseorang atau sesuatu unit selama kurun tertentu, kita melakukan apa yang disebut studi kasus.[29] Metode ini akan melibatkan kita dalam penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap tingkah laku seorang individu, kita akan memperhatikan juga bagaimana tingkah laku tersebut berubah ketika individu itu menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap lingkungannya.
Untuk mengungkap hal ini, digunakan sebuah studi kasus suatu studi yang bermaksud menilai keefektifan kebijakan yang dirancang untuk tujuan tertentu dalam sebuah penelitian.[30]
7.      Panti Asuhan
Panti adalah sebuah rumah atau tempat (kediaman) atau bisa juga diartikan sebagai Asuhan; tempat pemeliharaan anak yatim piatu. Atau semakna dengan Derma; sebagai rumah rempat merawat yatim piatu.[31]
Panti asuhan adalah Suatu Lembaga Sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak-anak terlantar, anak jalanan, fakir miskin, dan miskin dengan memberikan pelayanan pengganti orangtua anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak asuh sehingga dapat berkembang, berdaya, dan mandiri di masyarakat dan lingkungannya sendiri.

G.    Metode Penelitian
1.      Pendekatan
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam mengkaji “Strategi dan Kebijakan Pekerja Sosial (social worker) dalam Pelayanan Anak Asuh (Studi Kasus Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Harapan Mataram) ini adalah pendekatan Kualitatif dengan jenis yang digunakan adalah Studi Kasus.
Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan pada umunya permasalahannya belum jelas, holistik, dinamis dan penuh makna. Seperti alasan yang dikemukakan oleh Meleong, bahwa peneliti mempunyai beberapa alasan: Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak.
Kedua, metode ini menyajikan secara langsug hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola nilai-nilai yang dihadapi.[32] Selain itu, pendekatan ini juga dimaksudkan untuk memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori.[33]
Senada dengan alasan tersebut diatas, alasan peneliti menggunakan pendekaan ini, dikarenakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar bukan angka-angka.
Data yang diperoleh meliputi transkrip interview, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi dan lainnya. Penelitian dengan pendekatan ini memberi titik tekan pada makna, yaitu fokus penelaahan terpaut langsung dengan masalah kehidupan manusia.[34]    
Sementara jenis penelitian studi kasus, menuntut peneliti untuk memusatkan perhatian pada suatu kasus yang intensif dan mendetail. Maka subjek yang diteliti terdiri dari satu unit (kesatuan unit) yang dipandang sebagai kasus.[35]
2.      Kahadiran Peneliti
 Dalam penelitian ini kehadiran peneliti mutlak diperlukan karena statusnya sebagai pengamat penuh terkait dengan jenis data yang akan diteliti. Selain itu dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama atau peneliti sebagai instrument kunci (key instrumen). Hal ini dilakukan karena, jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih dahulu, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.
Kehadiran dilapangan dimaksudkan juga, agar penelitiannya bisa dijalankan secara terbuka.  Menurut pendapat Bogdan dan Biken (1982), beberapa alasan dalam hal ini diantaranya :
a.       Peneliti secara terbuka dapat membedakan peneliti dari tugas-tugas partisifasi biasa.
b.      Peneliti secara terbuka memberi kebebasan kepada peneliti untuk datang dan pergi sebagaiman yang dikehendaki.
c.       Memudahkan kepada peneliti untuk menjaring data sebanyak mungkin dalam situasi yang tampak atau situasi yang sebenarnya.
d.      Agar bisa menciptakan keterbukaan kepada subjek penelitian.[36]
3.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) "Harapan" Mataram. Jln. Transito No. 16 Majeluk Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu memasukkan ijin penelitian hal ini dilakukan agar nantiya dalam melaksanakan penelitian data-data yang ingin dikumpulkan mendapatkan bantuan dari pegawai dan Pengurus Panti, sehinggan penelitian ini diharapkan dapat berjalan dengan lancar.
           Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah peneliti tertarik ketika melaksanakan observasi awal dimana banyak anak-anak yang menjadi anak asuhnya, mulai dari anak yatim, anak piatu, anak yatim piatu dan anak-anak terlantar ditampung di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) "Harapan" Mataram. Panti Sosial ini diberdayakan melalui Program-program yang sudah dipersiapkan secara matang.
           Panti Sosial ini juga melaksanakan program-program untuk remaja dengan penuh tanggung jawab sehingga banyak remaja yang ketika keluar dari Panti ini dapat hidup mandiri dengan keterampilan dan keahliannya yang sudah dibekali di Panti Sosial ini terbukti dengan ketika anak asuh keluar dari Panti mereka langsung ditempatkan bekerja sesuai dengan jurusan yang diambil.
4.      Sumber dan Jenis Data
Sumber data penelitian yang bersifat kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara   langsung dari informan di lapangan, yaitu melalui wawancara (interview). Wawancara disini dilakukan kepada Pimpinan dan beberapa Pengurus Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram. Termasuk juga beberapa anak-anak asuh yang menjadi asuhan panti sosial tersebut.
b.      Sumber Data Skunder
Sementara sumber skunder adalah sumber data yang diperoleh secara langsung di lapangan, seperti dokumentasi dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.
Data skunder yang dimaksud adalah berkaitan dengan fokus masalah pada penelitian ini. Mulai dari dokumen-dokumen dari program-program yang dijalankan, upaya-upaya yang dilakukan, serta beberapa kendala yang dihadapai dalam menjalankan keberlangsungan panti asuhan. Termasuk juga disini dokumen tentang anak-anak asuh yang sudah tertera dalam arsip Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram.
5.      Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan peneliti untuk memperoleh data ialah :
c.       Wawancara
Metode wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur (semistructure interveiew), tujuan dari wawancara adalah untuk meminta pendapat-pendapat serta ide-ide dari responden. Karena dalam wawancara banyak pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok sebjek penelitian untuk dijawab.
Dalam penelitian kualitatif ada dua cara yang dilakukan untuk mendalami data. Pertama, wawancara sebagai strategi utama dalam mengumpulkan data. Catatan yang diperoleh disini adalah strankrip wawancara. Kedua, wawancara sebagai strategi penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti observasi partisipan, analisis data dan fotografi.[37]
Pihak-pihak yang dapat diwawancarai untuk mendapatkan data yang kita inginkan meliputi: pengasuh panti asuhan, pengurus serta anak-anak yang menjadi asuhan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Harapan Mataram. 
d.      Observasi
   Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain.[38]
Peneliti mengampil teknik ini, dikarenakan teknik observasi partisipan ini merupakan teknik pengumpulan data yang paling lazim dipakai dalam penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan fokus perhatian paling esensial dari pendekatan ini adalah pemahaman dan kemampuannya dalam membuat makna atas suatu kejadian atau fenomena pada situasi yang tampak.[39]
Dengan metode ini, peneliti ingin mengetahui lebih banyak program-program yang dijalankan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram.
Menurut Patton dalam Nasution (1988), dinyatakan bahwa obsevasi adalah sebagai berikut :
1)      Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial. Jadi, akan dapat diperoleh pandangan yang holistic atau menyeluruh.
2)      Dengan observasi akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya.[40]
e.       Dokumentasi
   Dalam penelitian ini, studi dokumentasi sangat dibutuhkan oleh peneliti. Ini dikarenakan, dalam mengumpulkan data, perlu dokumen-dokumen yang berkaitan dengan hal yang diteliti yang berfungsi untuk memperkuat penelitian ilmiah ini.
Misalnya, hal-hal yang dibutuhkan dalam teknik ini, diantaranya: mengumpulkan data melalui sumber-sumber tertulis, seperti dokumen-dokumen resmi, makalah-makalah penelitian dan buku-buku yang relevan dengan penelitian ini. Termasuk juga data-data penting dari Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram, baik berupa data sarana prasaran, data pendidik, data anak-anak terlantar dan data-data pendukung lainnya. Dengan demikian, studi dokumen resmi yang dilakukan peneliti adalah mengumpulkan data melalui pencatatan atau data-data tertulis
6.      Anlisis Data
Analisa data merupakan proses pencandraan (description) dan penyusunan transkrip wawancara serta material yang telah terkumpul. Maksudnya, agar peneliti dapat menyempurnakan pemahaman terhadap data tersebut untuk kemudian menyajiakan kepada orang lain dengan lebih jelas tentang apa yang telah ditemukan atau didapatkan dari lapangan.[41]
Dua cara analisi data yang digunakana peneliti dalam metode studi ini, yaitu : Pertama, analisis data yang dilakukan peneliti ketika di lapangan. Kedua, analisis data setelah kembali dari lapangan.
Kaitannya dengan dua hal di atas, peneliti mengambil saran yang diberikan Bogdan dan Biklen (1982), maka analisis data dapat dilakukan dengan sembilan prinsip dasar, diantanya :
a.       Lingkup studi usahakan dipersempit.
b.      Menjaga konsistensi kerja pada usaha penyelesaian studi.
c.       Kembangkan pertanyaan-pertanyaan analitik.
d.      Berburulah secara runtut untuk memperluas dan mempertajam data.
e.       Buatlah komentar secara tajam atas ide-ide yang muncul.
f.       Buatlah ikhtisar secara akurat.
g.      Konfrontasikan ide-ide dan tema pada subjek penelitian.
h.      Eksplorasikan literatur seawal mungkin.
i.        Bermainlah dengan metafora, analogi, dan konsef-konsef.[42]
7.      Validasi Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep keaslian (validas). Dalam hal ini peneliti harus konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang konstan.
Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Berbeda dengan hal itu, ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan cirri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri secara rinci.[43]
Oleh karena itu, peneliti dalam kaitannya dengan ini, berati hendaknya melakukan pengamatan dengan teliti dan secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, beberapa ahli menawarkan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data.
Namun, penulis hanya mengambil tiga teknik saja, yaitu :
a.  Trigulasi
Dalam trigulasi ini, hal yang diinginkan peneliti adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dalam pengumpulkan data-data sebanyak-banyaknya dengan memanfaatkan suatu yang lain dari sumber data yang telah ditentukan. Artinya, peneliti tidak terpaku hanya pada satu atau dua sumber saja.
b.  Uraian Rinci
dalam penelitian kualitatif jelas berbeda dengan validitas eksternal. Maka dari itu, penelitian kualitatif dilakukan dengan cara uraian terperinci (thick desckription). Dengan demikian, peneliti bertanggungjawab terhadap penyediaan data secukupnya yang memungkinkan seseorang merenung suatu aplikasi pada penerima sehingga memungkinkan adanya perbandingan.
c.   Perpanjang Keikutsertaan
   Perpanjang keikutsertaan disini maksudnya adalah untuk mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya. Maka dari itu, peneliti harus berdiam diri untuk beberapa waktu yang telah ditentukan untuk memperoleh data yang lebih valid atau absah sesuai dengan izin dan jadwal penelitian yang telah ditentukan.


H.    Jadwal Kegiatan Penelitian
I.       JADWAL PENELITIAN
No.
Kegiatan
Bulan


Desember  
Januari 
Februari  
1
Persiapan surve
X











2
Surve awal

X










3
Pendalaman surve


X









4
Memasuki lapangan



X








5
Tahap pengumpulan data




X
X
X





6
Penyeleksian data







X




7
Penyusunan data








X



8
Membuat laporan penelitian









X


9
Diskusi derap laporan penelitian










X

10
Penyempurnaan dan penyerahan laporan penelitian











X








J.      Daftar Rujukan
S.C Utami Munandar (Ed.). Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi dari Bayi Sampai Lanjut Usia. Jakarta: UI Press, 2001.
Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006.
M. Munandar Soelaeman. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Reflika Aditama, 2006.
Suara NTB Pengemban Pengamal Pancasila. Belasan Ribu Anak di NTB Dibelit Persoalan Sosial. dalam http//www.suarantb.com/ artikel/ Suara NTB.
Isbandi Rukminto Adi. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Pengantar pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan. Jakarta: FISIP UI Press, 2005.
Edi Suharto. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama, 2006.
Muhammmada Irwan Jayadi. Pemenuhan Kebutuhan Bagi Anak Terlantar (Studi Kasus Panti Asuhan Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram). Skripsi IAIN Mataram 2011.
Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi. Mataram: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, 2009.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Departemen Pendidikan Balai Pustaka. Jakarta: Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002.
Edi Suharto. Pekerja Sosial di Dunia Industri Memperkuat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). Jakarta: Refika Aditama, 2007.
Said Zainal Abidin. Kebijakan Public dan Partisipasi Masyarakat.  dalam http:// isi materi1 kebijakan.htm.
Sudarwan Danim. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Isbandi Rukminto Adi. Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994.
Hendri Damastria. Pengertian Kualitas Pelayanan. dalam http://Pengertian Kualitas Pelayanan. html.
Harimurti Kridalaksana. Kamus Sinonim Bahasa Indonesia Cet. VIII. Jakarta : Nusa Indah, 1988.
Consuelo G. Sevilla dkk ter. Alimuddin Tuwu. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press, 2006


[1] Soemiarti Patmonodewo, “Psikologi Perkembangan Pribadi dari Bayi Sampai Lanjut Usia”, dalam S.C Utami Munandar (Ed.), Intervensi Dini Suatu Usaha Alternatif Guna Meningkatkan Kualitas Bangsa, (Jakarta: UI Press, 2001), h. 2.
[2] Ibid., h. 3.
[3] Semua kutipan teks dan terjemahan ayat-ayat Al-Qur'an dalam proposal skripsi ini, dikutip dari Al-Qur'an dan Terjemahannya yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI., (Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006), h. 47.
[4] Ibid., hal. 581.
[5] Ibid., hal.  582.
[6] M. Munandar Soelaeman , Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial , (Bandung: PT. Reflika Aditama, 2006), h. 6.
[7] Patologi (pathos = penderita, penyakit): ilmu tentang penyakit. Patologi sosial = ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap “sakit”, disebabkan faktor-faktor sosial.
[8] Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial, hal 6.
[9] Suara NTB Pengemban Pengamal Pancasila, “Belasan Ribu Anak di NTB Dibelit Persoalan Sosial”, dalam http//www.suarantb.com/ artikel/ Suara NTB, di ambil tanggal 09 Oktober 2012, pukul 10.30 WITA.
[10] Midgley, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial: pengantar pada pengertian dan beberapa pokok bahasan, dalam Isbandi Rukminto Adi, (Jakarta: FISIP UI Press, 2005).h 16.
[11]Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), h. 3.
[12] Ibid., hal . 2.
[13]Zastrow 1999, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, dalam Edi Suharto, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), h. 24.
[14] Muhammmada Irwan Jayadi, Pemenuhan Kebutuhan Bagi Anak Terlantar (Studi Kasus Panti Asuhan Asuhan Anak (PSAA) “Harapan” Mataram), Skripsi IAIN Mataram 2011.
[15] Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi (Mataram: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, 2009), h. 13.
[16] Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi (Mataram: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, 2009), h. 14.
[17] Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Balai Pustaka. Jakarta 2002, tim penyusun kamus pusat bahasa. Hal 1092
[18]Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri Memperkuat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility), (Jakarta: Refika Aditama, 2007), hal. 135.
[19]Said Zainal Abidin, “kebijakan Public dan Partisipasi Masyarakat”, dalam http:// isi materi1 kebijakan.htm, diambil tanggal 23 Oktober 2012, Pukul 23.00 WITA.
[20]Ibid,.Said Zainal Abidin, kebijakan Public.
[21] Sudarwan Danim, Pengantar Studi Penelitian Kebijakan (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 10.
[22] Isbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994),h. 10.
[23] Ibid,. hal 11.
[24]Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial Pengantar pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan (Jakarta: PISIP UI Press, 2005),.h 91.
[25]Hendri Damastria,“Pengertian Kualitas Pelayanan”, dalam http://Pengertian Kualitas Pelayanan .html, diambil tanggal 24 Oktober 2012, pukul 06.00 WITA.
[26] Harimurti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia Cet. VIII, (Jakarta : Nusa Indah, 1988), h. 5.
[27] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 39.
[28] Drs. Melly Sri Sulastri Rifa’i, Psikologi Perkembangan Remaja dari Segi Kehidupan Sosial, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), h. 1.
[29] Consuelo G. Sevilla dkk, Pengantar Metode Penelitian, ter. Alimuddin Tuwu (Jakarta: UI Press, 2006),. Hal 73.
[30] Julia Branen, alih bahasa H. Nuktah, Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, hal. 166.
[31] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, h. 710.
[32] Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2008), h. 10.
[33] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 399.
[34] Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h. 51.
[35] M. Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Cet. III, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 30.
[36] Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, h. 154.
[37] Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, h. 130.
[38] Nasution, Metode Research – Peneltian Ilmiah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), h. 106.
[39] Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, h. 122.
[40] Sugiyono, Memahami Peneltian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2005), h. 67.
[41] Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, h. 210.
[42] Ibid. h. 210-215.
[43] Moleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, h. 289.