MEMBENTUK MORAL ANAK MELALUI MENDONGENG SEBAGAI BENTUK PENYULUHAN DINI
|
|
|
|
|
|
oleh : Huzaimi Ibnu Zain
Perkembangan globalisasi berdampak pada gaya hidup, cara berpikir, dan
berperilaku manusia, khususnya anak-anak. Peran orang dewasa, baik
orangtua, guru, dan semua individu sangat diperlukan dalam mempersiapkan
anak-anak tumbuh menjadi pribadi baik dan berkembang utuh melalui
komunikasi yang baik dan efektif . Salah satu media komunikasi yang
efektif dalam membentuk moral anak adalah dengan mendongeng, sebagai
bentuk penyuluhan dini seperti diucapkan oleh Bapak Sapto Waluyo Tenaga
Ahli Menteri Sosial Bidang Tata Kelola Pemerintahan dan Hubungan
Masyarakat pada kegiatan Pengembangan Kapasitas Tenaga Penyelenggara
Penyuluhan Sosial.
“Dongeng
adalah Nasihat”, cara memberikan nasihat kepada anak sehingga anak mau
mendengarkan dan menurut apa yang dikatakan orangtua, guru, maupun
teman. Mendongeng merupakan rangkaian tutur kata yang dijadikan sarana
alat bantu komunikasi, dengan muatan nilai-nilai positif, dan pesan
moral yang akan lekat terpatri dalam ingatan anak. Mendongeng termasuk
aktivitas berkomunikasi yang mudah dan murah. Mendongeng pada anak bisa
dilakukan kapan dan di mana saja, Dongeng membuat nyaman, tenang
sekaligus senang untuk membantu anak dalam berimajinasi. Dengan
mendengarkan dongeng, anak tidak merasa dinasihati oleh orangtua maupun
guru.
Kegiatan mendongeng memiliki muatan atau esensi sebagai berikut:
- Mendongeng membuat anak lebih menghargai martabat bangsa,
menghormati budaya dan tradisi sehingga dapat membentuk anak menjadi
pribadi yang berwawasan nusantara.
- Mendongeng selain menjadi media penyuluhan dini dan media ajar,
juga merupakan gelanggang pewarisan tradisi bercerita dan berkisah
secara lisan di tengah arus globalisasi.
- Terciptanya Keterampilan anak dalam berbahasa.
- Membentuk pola berfikir anak perihal gagasan-gagasan cerita,
alur dan jalan cerita, konflik dan penyelesaian serta relevansinya.
- Mengasah kreativitas, daya pikir dan imajinasi anak melalui
visualisasi cerita yang didengarkan sehingga anak dapat membayangkan
seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng.
- Membangun motivasi dan keyakinan personal dalam berelasi antar sesama manusia serta relasi manusia dengan Sang Pencipta.
- Membantu perkembangan psikologis dan kecerdasan emosional anak.
- Selain itu, mendongeng merupakan media yang efektif untuk
menanamkan etika dan berbagai nilai seperti kejujuran, rendah hati,
empati, kerja keras, serta kesetiakawanan sosial.
Kegiatan mendongeng sebagai penyuluhan dini pada anak-anak sangatlah
mudah dan menyenangkan. Namun sayangnya, tidak semua orang tua atau
pendidik dapat melakukan kegiatan mendongeng. Hal ini dikarenakan
pendidik merasa tidak bisa mendongeng. Ada beberapa teknik-teknik
mendongeng yang efektif. Tidak perlu menjadi pendongeng yang profesional
untuk dapat diterima oleh anak-anak, cukup mengetahui beberapa teknik
mendongeng agar komunikasi dan kedekatan emosional dapat terbentuk.
Antara lain:
1. Rangkaian kata dan efek suara kreatif,
Lafal ucapan harus menarik, keras dan jelas. Intonasi suara mengikuti
alur cerita, kapan harus bersuara keras atau lembut. Suara boleh
dibuat berbeda-beda antar tokoh. Salah satu yang paling disukai
anak-anak adalah menirukan suara.
2. Gerak tubuh dan mimik
,
Gerak tangan, kaki atau anggota tubuh lain disesuikan dengan alur
cerita. Ekspresi dan mimik wajah mempunyai peranan penting untuk dapat
menampilkan dongeng yang menarik dan tidak membosankan. Ekspresi marah,
bahagia, sedih atau bingung dapat ditunjukkan melalui mimik wajah.
- Pilih dongeng sesuai dengan usia
anak,
Pemilihan jenis cerita dongeng disesuaikan dengan usia anak agar mudah
diterima dan dipahami anak. Jangan takut untuk berimprovisasi untuk
membuat dongeng menjadi lebih menarik. Perlu diperhatikan dalam
pengemasan dongeng dibuat secara singkat, padat dan tepat.
- Gunakan alat
peraga,
Untuk dapat lebih membangun daya imajinasi anak, bisa
menggunakan alat peraga, berupa boneka tangan, boneka, atau alat-alat
lain yang ada dalam cerita dongeng
4. Perhatikan konsentrasi
anak,
Tingkat konsentrasi anak terbatas. Anak cenderung cepat bosan dengan
cerita yang terlalu panjang dan alur cerita yang datar. Ciptakan
partisipasi anak dan keaktifannya dengan memberi pertanyaan di sela-sela
cerita, sehingga melatih anak untuk dapat menyimak informasi yang
disampaikan dalam dongeng.
Kegiatan mendongeng harus disesuaikan dengan kebutuhan psikologi
perkembangan anak. Bila dongeng yang diberikan tidak sesuai dengan
kebutuhan usia mereka, maka dongeng yang disampaikan akan sia-sia,
bahkan dikhawatirkan akan menimbulkan reaksi yang negatif dari anak,
misalnya apatis atau bahkan mencemooh isi cerita. Oleh karena itu,
berikanlah dongeng yang tidak hanya mengandung unsur edukatif saja,
tetapi juga dongeng yang bersifat inspiratif serta menghibur.
Berikut ini strategi mendongeng yang kita sampaikan disesuaikan dengan perkembangan anak:
- Di dalam kandungan Banyak penelitian yang membuktikan bahwa
mendongeng pada anak merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Ketika
sang ibu memberikan cerita pada si anak dan mengusap perut, janin akan
memberikan reaksi berupa tendangan. Meskipun bayi belum bisa memahami
betul apa yang diceritakan, tapi dengan perubahan ekspresi dan intonasi
dapat memancingnya untuk mengeksplorasi lebih lanjut dongeng yang
diceritakan. Jadi ketika janin berfungsi indera pendengarannya dalam
kandungan, sejak itu janin sudah dapat merasakan kasih sayang
orangtuanya lewat pemberian dongeng. Sehingga anak merasakannya meski
belum memahami.
- Bayi usia 6 bulan hingga anak usia 2 tahun
Ketika anak berusia enam bulan, meskipun anak belum
sepenuhnya mengerti tentang dongeng, namun anak dapat belajar
memahaminya dari ekspresi sang ibu. Pada usia satu tahun, anak sudah
dapat mengerti dan menangkap isi dari dongeng itu. Hingga pada usia dua
tahun anak mulai menghapal dan mampu mengulanginya lagi. Walaupun anak
usia dua tahun belum bisa berfantasi karena kemampuan bahasa masih
terbatas.
- Anak usia 2 tahun - 4
tahun
Anak usia 2 tahun sampai 4 tahun sedang berada dalam fase
pembentukan. Banyak sekali konsep baru yang harus dipelajarai pada
masa-masa ini. Anak sangat suka mempelajari manusia dan kehidupan.
Itulah sebabnya anak senang meniru tingkah laku orang dewasa. Ia
biasanya mengungkapkan dengan bermain peran.Pada usia ini anak sudah
pandai berfantasi, yang mencapai puncaknya pada usia empat tahun.
Para ahli percaya bahwa usia 2 tahun sampai 4 tahun adalah masa
penuh fantasi dan serba mungkin (magic) sehingga masa ini cukup ideal
bagi orangtua untuk menceritakan dongeng-dongeng yang agak panjang. Pada
usia ini anak juga mulai mengagumi dan suka membayangkan dirinya
sebagai tokoh tertentu didalam dongeng yang diceritakan. Dongeng yang
diceritakan akan berbicara langsung dengan alam bawah sadar anak.
- Anak usia 4 tahun - 7 tahun
Ketika anak berada pada usia 4 tahun sampai 7 tahun, orangtua dapat
memperkenalkan dongeng-dongeng yang lebih kompleks. Anak mulai menyukai
cerita-cerita tentang terjadinya suatu benda dan bagaimana cara kerja
sesuatu. Pada tahap inilah orangtua mendorong minat anak. Interaksi yang
penuh kasih sayang selama mendongeng akan terjalin indah dan membekas
begitu dalam di sanubarinya. Anak berada pada usia sekolah ini juga
lebih menyukai cerita tentang masa kecil orangtuanya atau neneknya.
Biasanya anak sangat menikmati cerita tentang momen-momen yang tidak
terlupakan. Semua itu akan mendorong anak untuk mendapatkan perbandingan
dan pelajaran jika anak sendiri mengalami hal yang serupa. Dari sinilah
orangtua dapat membagi pengalaman dengan anak, menanamkan budi pekerti
dan nilai-nilai luhur serta melatih berpikir rasional dan praktis dalam
menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan.
5. Anak usia 7 tahun - 12 tahun
Ketika anak berada pada usia 7 tahun sampai 12 tahun, lebih menyukai
cerita-cerita tokoh heroik, penuh tantangan dan bahaya, cerita
misterius, dan sifatnya lebih realistis. Pada usia ini, dapat diberikan
dongeng tentang sejarah yang menampilkan jiwa patriotisme, sikap
kepahlawanan yang di cerminkan oleh tokoh-tokoh heroik yang ada dalam
cerita.
Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan imajinasi. Anak yang cerdas
adalah anak paling kuat daya imajinasinya. Melalui metode mendongeng
diberikan berbagai stimulus yang dapat merangsang anak untuk bisa
bermain dengan kekuatan imajinasinya. Kegiatan mendongeng juga mampu
merekatkan hubungan emosional orangtua dengan anak. Anak bisa tumbuh
menjadi pribadi menyenangkan dan kemampuan interaksi bertambah. Mereka
mudah beradaptasi dan mendapat teman baru. Efek mendongeng sangat
memengaruhi perilaku anak dalam bertindak. Anak yang tumbuh dari suasana
kerekatan baik dengan orangtua akan menentukan pola asuh anak ketika
menjadi orangtua. Pola asuh orangtua yang baik membuat anak—menjadi
orangtua mewariskan pola asuh baik kepada anaknya kelak. Mari kita
budayakan dongeng sebagai penyuluhan dini pada anak-anak yang bisa
menjembatani kedekatan emosional orang tua dengan anak.
Sumber: Diambil dari berbagai sumber
|
|
|
|
|
|
| |
|
|
Rata-rata: 0 Pemilih: 0
|
|
|
|
|
|
|