Kamis, 11 Desember 2014

Dibalik Pendidikan UAN yang hebat



“DIBALIK PENDIDIKAN UAN YANG HEBAT”
20140926_115406.jpg20140926_115738.jpgDani dan sahdan nama kedua itu, mereka berdua saudara kandung yang telah lama ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Ibunya pergi merantau ke Negeri sebelah, negeri jiran untuk mengais rizki. Sedangkan ayahnya menikah lagi  dan tinggal bersama istri barunya. Dani dan sahdan waktu itu masih kecil mereka tidak tahu apa-apa tentang tentang kisah kedua orang tuanya yang tak tahu entah kemana. Broken home lebih persisnya yang mereka alami.
20140926_105225.jpgUan akhirnya menampung keduanya bertahun-tahun tanpa seorang ayah dan ibu sampai mereka bisa mengenyam dunia sekolah. Kini dani dan sahdan sudah kelas 2 dan 3, dani adiknya kelas 3 dan sahdan kakaknya kelas 2. Dengan keadaan ekonomi yang sederhana uan bisa memberikan pendidikan sederhana kepada dani dan sahdan dengan ala kadarnya.
20140926_110941.jpg20140926_110411.jpgDi gubuk sederhana itu, diantara sepinya keriuhan tetangga yang ada disekitarnya mereka bertiga tinggal. Tidak ada rumah yang ada disekelilingnya yang ada hanyalah kebun sawit, karet, dan semak-semak lahan yang belum terurus, yang lebih parahnya lagi listrik belum teraliri digubuk kecil itu, tapi dengan kegigihan uannya yang selalu setia sampai tua mengurus mereka berdua, dani dan sahdan bisa menikmati masa-masa bermain mereka dengan normal, meski harus bantu-bantu neneknya “uan” dikebun pada waktu libur.
Dani dan sahdan harus berjalan lumayan jauh untuk bisa datang ke sekolah, jarak antara sekolah dan rumahnya sekitar ±2 km, ini cukup lumayan jauh bagi seorang anak-anak seperti mereka untuk berjalan pagi dan siang hari. Dani dan sahdan tidak mempunyai sepeda untuk mereka berangkat ke sekolah, uannya tidak mampu untuk membelikan mereka sepeda seperti anak-anak lain. Uannya hanyalah buruh ladang dan kebun yang hasilnya belum tentu untuk makan 1 hari.
Melihat mereka berdua yang begitu semangat untuk menuntut ilmu, saya berinisiatif untuk membantu mereka dengan memberikan mereka sebuah sepeda. Tapi pada waktu itu sempat binggung dengan apa harus membantu mereka. Sedangkan harga sebuah sepeda bukan bisa dibilang murah untuk wilayah perbatasan seperti tempat yang saya tinggali sekarang. Dengan pertolongan Allah akhirnya pada waktu yang tidak terduga-duga ada bantuan sebuah sepeda dari donatur melalui sedekah sambas datang seperti ketimpa durian. Bantuannya hanya sebuah sepeda, jadi kurang satu buah lagi buat adiknya si dani.
Satu bulan mengusahakan mereka dengan bantuan mas denie melalui donatur akhirnya dapat juga satu sepeda lagi, alhamdulillah rizki yang tidak di sangka-sangka datang lagi.
“Keriing...keriiing...keriiing”  berdering suara hape jadul yang saya miliki di depan halaman sekolah setelah selesai mengajar ngaji anak-anak di sekolah itu, sekolah dasar Negeri 21 Merbau. Sejenak saya mengangkat panggilan yang tertuju ke hape jadul dan antik tersebut. “Assalamu’alaikum bang” kata abang yang nelpon tersebut,  sontak juga saya menjawab salamnya bang denie dengan suara semangat, bang denie bilang “lagi di mana bang...??? saya menjawab lagi ”di sini bang di sekolah baru selesai ngajar”, bang denie “mau bawa sepeda itu ini buat dani dan sahdan tapi saya belum ada teman untuk membawanya kesana”, saya “oke bang saya siap”. Obrolan yang singkat yang berkah tersebut membuat hari itu terasa lebih semangat karna besok pagi dua anak yang sudah saya rencanakan 1 bulan kemarin itu akan segera mendapat dua buah sepeda dari mitra kerja di penempatan “sedekah sambas”.
Kamis yang cerah itu sampailah saya berdua dengan mas denie dengan membawa 2 buah sepeda yang niatnya untuk dani dan sahdan. Berangkat dari sambas pagi-pagi itu sekitar jam 6 sampai sekolah penempatan sekitar jam setengah 9. Sejenak kami berdua beristirahat dari perjalanan yang cukup panjang, duduk santai sambil meminum 1 bungkus es membuat sedikit kelelahan kami terobati sembari menunggu lonceng keluar main.
Teng...teng..teng..nyaring kedengaran 3 kali suara lonceng sekolah tanda keluar main. Masing-masing dari kelas kelihatan mulai berhamburan keluar untuk bermain ataupun untuk sekedar sarapan. Kepala sekolah menghampiri kami dan sedikit berbincang masalah kedatangan kami berdua dari sambas.
Anak-anak sekolahpun mulai dikumpulkan di lapangan untuk mendengar pengumuman dari kepala sekolah. Dani dan sahdan mulai di panggil satu persatu untuk berdiri di hadapan teman-temannya, dani dan sahdan mendapat bantuan sepeda karna mereka salah satu murid SDN 21 Merbau yang paling jauh jaraknya dengan sekolah dan mereka berdua sudah tidak tinggal lagi bersama kedua orangtuannya.
100_2946.JPGSekitar setengah jam kita kumpul dilapangan, dani dan sahdan pun mulai menaiki sepedanya untuk dicoba. Mereka sebenarnya belum percaya kalau mereka dapat sebuah sepeda itu terlihat dari raut wajah mereka yang kelihatan rada takut, bagaimana tidak?? dari percakapan mereka dengan kami terlihat sekali apa kata mereka “dani: pak datanglah kerumah uanku, biar aku bisa dipercaya sama uanku kalau aku tidak berbohong, aku takut kalau aku dikira mencuri sepeda”. Inilah yang dinamakan pendidikan karakter yang berhasil ketika seorang anak benar-benar harus membuktikan dirinya seorang anak yang jujur.



Senin, 14 April 2014



SELAMAT MEMBACA WAHAI PEJUANG DAKWAH YANG SEDANG JATUH CINTA
Cinta Aktivis Dakwah
Bagaimana ketika perasaan itu hadir. Bukankah ia datang tanpa pernah diundang dan dikehendaki?
Jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukanlah perkara sederhana.
Dalam konteks dakwah, jatuh cinta adalah gerbang ekspansi pergerakan. Dalam konteks pembinaan, jatuh cinta adalah naik marhalah pembinaan. Dalam konteks keimanan, jatuh cinta adalah bukti ketundukan kepada sunnah Rosullulah saw dan jalan meraih ridho Allah SWT.
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta. Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut.
Jika jatuh cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah. Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana.
Ketika Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian sebaliknya. Ketika itulah cinta muncul dalam dirinya. Cinta inilah yang akan kita bahas disini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yang jelas. Sebab terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat.
Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah.
Suatu perasaan produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "akan lebih banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada disamping laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya daripada yang saya usahakan sebagai perempuan yang berdiri sendiri".
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yang sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh cinta???
Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta diatas koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi oleh salah tafsir tentang cinta.
Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran. Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk sebuah persaingan, sengketa.
Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan.
Cinta masih menjadi topik “asing” dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta kita masih terkesan misteri. Pertanyaan sederhana, “Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia, Emang kamu cinta sama dia?”, dapat kita jadikan indikator miskinnya kita mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan ‘Nikah dulu baru pacaran’masih menjadi jargon yang menyimpan pertanyaan misteri, “Bagaimana caranya, emang bisa?”. Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan, bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada Sang Penguasa. Cinta yang menjaga diri dari penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan, nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat, rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah. Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan. Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah hari ini.
Epilog
Setiap kita yang mengaku putra-putri Islam, setiap kita yg berjanji dalam kafilah dakwah, setiap kita yang mengikrarkan Allahu Ghoyatuna, maka jatuh cinta dipandang sebagai jalan jihad yang menghantarkan diri kepada cita-cita tertinggi, syahid fi sabililah. Inilah perasaan yang istimewa. Perasaan yang menempatkan kita satu tahap lebih maju. Dengan perasaan ini, kita mengambil jaminan kemuliaan yang ditetapkan Rosullulah. Dengan perasaan ini kita memperluas ruang dakwah kita.Dengan perasaan ini kita naik marhalah dalam dakwah dan pembinaan.

Betapa Allah sangat memuliakan perasaan cinta orang-orang beriman ini. Dengan cinta itu mereka berpadu dalam dakwah. Dengan cinta itu mereka saling tolong menolong dalam kebaikan, dengan cinta itu juga mereka menghiasi Bumi dan kehidupan di atasnya. Dengan itu semua Allah berkahi nikmat itu dengan lahirnya anak-anak shaleh yang memberatkan Bumi dengan kalimat Laa Illaha Ilallah. Inilah potret cinta yang sakinah, mawadah, warahmah.
Jadi, sudah berani jatuh cinta??
Karena jatuh cinta, bagi pengemban dakwah bukan perkara sederhana. maka tanyakan pada diri kita,
JIKA SAYA JATUH CINTA, MAKA TANYAKANLAH PADA DIRI, SUDAH SIAPKAH SAYA UNTUK MELANJUTKANNYA DALAM BINGKAI DAKWAH, MENUJU PERNIKAHAN YANG PENUH BAROKAH?
jika belum, maka berhentilah untuk jatuh cinta, karen cinta tak ada embel-embel logika didalamnya


Sabtu, 12 April 2014

Satu hari bersama om jay....kusumah (blogger Indonesia)
yaah bisa dibayangkan betapa mengasyikkan...heee :) to be continue ba'da shalat isya'...