“DIBALIK PENDIDIKAN UAN YANG HEBAT”
Dani dan sahdan nama kedua itu, mereka berdua saudara
kandung yang telah lama ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Ibunya pergi
merantau ke Negeri sebelah, negeri jiran untuk mengais rizki. Sedangkan ayahnya
menikah lagi dan tinggal bersama istri
barunya. Dani dan sahdan waktu itu masih kecil mereka tidak tahu apa-apa
tentang tentang kisah kedua orang tuanya yang tak tahu entah kemana. Broken
home lebih persisnya yang mereka alami.
Uan akhirnya menampung keduanya bertahun-tahun
tanpa seorang ayah dan ibu sampai mereka bisa mengenyam dunia sekolah. Kini
dani dan sahdan sudah kelas 2 dan 3, dani adiknya kelas 3 dan sahdan kakaknya
kelas 2. Dengan keadaan ekonomi yang sederhana uan bisa memberikan pendidikan sederhana
kepada dani dan sahdan dengan ala kadarnya.
Di gubuk sederhana itu, diantara sepinya keriuhan
tetangga yang ada disekitarnya mereka bertiga tinggal. Tidak ada rumah yang ada
disekelilingnya yang ada hanyalah kebun sawit, karet, dan semak-semak lahan
yang belum terurus, yang lebih parahnya lagi listrik belum teraliri digubuk
kecil itu, tapi dengan kegigihan uannya yang selalu setia sampai tua mengurus
mereka berdua, dani dan sahdan bisa menikmati masa-masa bermain mereka dengan
normal, meski harus bantu-bantu neneknya “uan” dikebun pada waktu libur.
Dani dan sahdan harus berjalan lumayan jauh untuk bisa datang ke sekolah,
jarak antara sekolah dan rumahnya sekitar ±2 km, ini cukup lumayan jauh bagi
seorang anak-anak seperti mereka untuk berjalan pagi dan siang hari. Dani dan
sahdan tidak mempunyai sepeda untuk mereka berangkat ke sekolah, uannya tidak
mampu untuk membelikan mereka sepeda seperti anak-anak lain. Uannya hanyalah
buruh ladang dan kebun yang hasilnya belum tentu untuk makan 1 hari.
Melihat mereka berdua yang begitu semangat untuk menuntut ilmu, saya
berinisiatif untuk membantu mereka dengan memberikan mereka sebuah sepeda. Tapi
pada waktu itu sempat binggung dengan apa harus membantu mereka. Sedangkan
harga sebuah sepeda bukan bisa dibilang murah untuk wilayah perbatasan seperti
tempat yang saya tinggali sekarang. Dengan pertolongan Allah akhirnya pada
waktu yang tidak terduga-duga ada bantuan sebuah sepeda dari donatur melalui
sedekah sambas datang seperti ketimpa durian. Bantuannya hanya sebuah sepeda,
jadi kurang satu buah lagi buat adiknya si dani.
Satu bulan mengusahakan mereka dengan bantuan mas denie melalui donatur
akhirnya dapat juga satu sepeda lagi, alhamdulillah rizki yang tidak di
sangka-sangka datang lagi.
“Keriing...keriiing...keriiing”
berdering suara hape jadul yang saya miliki di depan halaman sekolah
setelah selesai mengajar ngaji anak-anak di sekolah itu, sekolah dasar Negeri
21 Merbau. Sejenak saya mengangkat panggilan yang tertuju ke hape jadul dan
antik tersebut. “Assalamu’alaikum bang” kata abang yang nelpon tersebut, sontak juga saya menjawab salamnya bang denie
dengan suara semangat, bang denie bilang “lagi di mana bang...??? saya menjawab
lagi ”di sini bang di sekolah baru selesai ngajar”, bang denie “mau bawa sepeda
itu ini buat dani dan sahdan tapi saya belum ada teman untuk membawanya
kesana”, saya “oke bang saya siap”. Obrolan yang singkat yang berkah tersebut
membuat hari itu terasa lebih semangat karna besok pagi dua anak yang sudah
saya rencanakan 1 bulan kemarin itu akan segera mendapat dua buah sepeda dari
mitra kerja di penempatan “sedekah sambas”.
Kamis yang cerah itu sampailah saya berdua dengan mas denie dengan membawa
2 buah sepeda yang niatnya untuk dani dan sahdan. Berangkat dari sambas
pagi-pagi itu sekitar jam 6 sampai sekolah penempatan sekitar jam setengah 9.
Sejenak kami berdua beristirahat dari perjalanan yang cukup panjang, duduk
santai sambil meminum 1 bungkus es membuat sedikit kelelahan kami terobati
sembari menunggu lonceng keluar main.
Teng...teng..teng..nyaring kedengaran 3 kali suara lonceng sekolah tanda
keluar main. Masing-masing dari kelas kelihatan mulai berhamburan keluar untuk
bermain ataupun untuk sekedar sarapan. Kepala sekolah menghampiri kami dan
sedikit berbincang masalah kedatangan kami berdua dari sambas.
Anak-anak sekolahpun mulai dikumpulkan di lapangan untuk mendengar
pengumuman dari kepala sekolah. Dani dan sahdan mulai di panggil satu persatu
untuk berdiri di hadapan teman-temannya, dani dan sahdan mendapat bantuan
sepeda karna mereka salah satu murid SDN 21 Merbau yang paling jauh jaraknya
dengan sekolah dan mereka berdua sudah tidak tinggal lagi bersama kedua
orangtuannya.
Sekitar setengah jam kita kumpul dilapangan, dani
dan sahdan pun mulai menaiki sepedanya untuk dicoba. Mereka sebenarnya belum
percaya kalau mereka dapat sebuah sepeda itu terlihat dari raut wajah mereka
yang kelihatan rada takut, bagaimana tidak?? dari percakapan mereka dengan kami
terlihat sekali apa kata mereka “dani: pak datanglah kerumah uanku, biar aku bisa
dipercaya sama uanku kalau aku tidak berbohong, aku takut kalau aku dikira
mencuri sepeda”. Inilah yang dinamakan pendidikan karakter yang berhasil ketika
seorang anak benar-benar harus membuktikan dirinya seorang anak yang jujur.